Di era keemasan Islam, para ilmuwan
Muslim memang telah menguasai bidang hidrologi. Penguasaan di bidang ini
meliputi masalah penyediaan berbagai sarana air bersih, pengendalian gerakan
air, serta penemuan berbagai teknologi hidrologi.
Ilmuwan Muslim pada masa itu telah
mampu mengintegrasikan, mengadaptasi dan memperbaiki teknik irigasi dan metode
distribusi air warisan dari keahlian lokal atau peradaban kuno. Pada awal abad
ke-8 M, peradaban Islam telah menguasai teknologi mesin air.
Hal itu diungkapkan Mohammed Abattouy
dalam karyanya bertajuk Muhammad Al-Karaji: A Mathematician Engineer from the
Early 11th Century. Menurut Abattouy, pengusaan teknologi mesin air di dunia
Islam telah melahirkan sebuah revolusi pertanian yang berbasis pada penguasaan
di bidang hidrologi.
Sejarawan sains modern memandang
al-Karaji sebagai ahli matematika berkaliber tertinggi. Karyanya yang kekal
pada bidang matematika masih diakui hingga hari ini, yakni mengenai kanonik
tabel koefisien binomium (dalam pembentukan hukum dan perluasan bentuk).
Al-Karaji dianggap sebagai ahli
matematika terkemuka dan pandang sebagai orang pertama yang membebaskan aljabar
dari operasi geometris yang merupakan produk aritmatika Yunani dan menggantinya
dengan jenis operasi yang merupakan inti dari aljabar pada saat ini.
Karyanya pada aljabar dan polynomial
memberikan aturan pada operasi aritmatika untuk memanipulasi polynomial. Dalam
karya pertamanya di Prancis, sejarawan matematika Franz Woepcke (dalam Extrait
du Fakhri, traite d’Algèbre par abou Bekr Mohammed Ben Alhacan Alkarkhi, Paris,
1853), memuji Al-Karaji sebagai ahli matematika pertama di dunia yang
memperkenalkan teori aljabar kalkulus
Al-Karaji menginvestigasikan koefisien
binomium segitiga Pascal. Dia juga yang pertama menggunakan metode pembuktian
dengan induksi matematika untuk membuktikan hasilnya, ia berhasil membuktikan
kebenaran rumus jumlah integral kubus, yang sangat penting hasilnya dalam
integral kalkulus.
0 komentar:
Posting Komentar