Sejarah Logaritma
Sebenarnya, sebelum penemuan logaritma, orang telah lebih dulu
menggunakan gagasan yang mendasari penelitian ilmu logaritma yaitu prosthaphaeresis,
perubahan proses pembagian dan perkalian kepada penambahan dan pengurangan.
Orang pertama yang memulai gagasan ini adalah Ibnu Yunus As-Sadafi al-Misri
(950-1009) yang sezaman dengan tokoh optik dan geometri, Al-Haytsam atau
Al-Hazen (965-1039), karena penemuannya terhadap hukum yang kemudian dikenal
sebagai “Hukum Ibnu Yunus”, yaitu 2.cos x. cos y = cos
(x + y) + cos (x – y). Aturan serupa juga digunakan oleh
Viéte, Werner, Pitiscus, dan Tycho Brahe. Lalu bagaimana Logaritma ditemukan ?
Logaritma ditemukan di awal tahun 1600 oleh John Napier
(1550-1617) dan Joost Bürgi (1552-1632), walaupun banyak yang mengatakan Napier
adalah perintis yang sebenarnya. Napier sendiri menghabiskan waktu sekitar 20
tahun sebelum menemukan ide logaritma tersebut dengan menerbitkan
karyanya, Descriptio (lengkapnya Minifici Logarithmorum
Canonis Descriptio) tahun 1614.
Bürgi di lain pihak,
mempublikasikan Progress-Tabulen (lengkapnya Arithmetische
und geometrische Progress-Tabulen) tahun 1620, walaupun penemuannya
itu berasal dari tahun 1588. Hal ini diketahui melalui sebuah surat dari
seorang astronom Reimanus Ursus Dithmarus yang menjelaskan tentang metode Bürgi
dalam menyederhanakan perhitungan matematis lewat penggunaan cara yang kini
disebut logaritma.
Walaupun demikian, pada
prinsipnya kedua logaritma yang mereka temukan sama, yang berbeda hanya
pendekatannya. Bila Napier lewat pendekatan aljabar, maka Bürgi menggunakan
pendekatan geometris.
Sementara ide pekerjaan
Napier dapat dijelaskan secara sederhana. Untuk membuat setiap suku pada deret
geometri menjadi sangat dekat, kita tentunya memilih bilangan yang mendekati
satu. Napier memilih bilangan 1 – 10-7 (atau 0,9999999),
sehingga tiap suku adalah (1 – 10-7 )L. Kemudian
untuk mendapatkan nilai desimal, setiap suku ia kalikan dengan 107 .
Nah, jika N = 107 (1 – 10 -7)L maka
L disebutnya sebagai logaritma dari bilangan N.
Kata logaritma berasal
dari kata logos (perbandingan) dan arithmos (bilangan).
Sebelumnya, ia menyebutnya dengan “artifisial numbers” (bilangan buatan).
Perhatikan bahwa logaritma Napier tidaklah sama dengan logaritma yang kita
gunakan sekarang.
Sebagai misal, bila
logaritma modern menyatakan log ab = log a +
log b atau ab = 10log a + log b maka
Logaritma Napier menyatakan N1.N2/107 = 107. (1 – 10-7 )L1
+ L2 . Jadi, logaritma dari Napier untuk penjumlahan tidak
menyatakan N1.N2 melainkan N1.N2/107 . Logaritma Napier dapat
kita dekati menjadi logaritma modern, bila bilangan logaritma dan bilangan N
kita bagi dengan 107. Maka akan kita peroleh logaritma modern,
tetapi dengan basis mendekati 1/e .
Sedikit berbeda dengan
logaritma Napier, Logaritma Bürgi memiliki bentuk N = 108 (1 + 10-4 )L ,
dengan tabel dinyatakan dalam bentuk 10L. Burgi menyebut bilangan L
sebagai bilangan “merah” (“red” numbers) dan bilangan N
sebagai bilangan “hitam” (“black” numbers).
Henry Briggs
(1561-1631), seorang profesor geometri di Oxford, mendiskusikan masalah
logaritma bersama Napier dan menyarankan metodenya sendiri. Ia melihat,
seharusnya log(1) = 0 dan log(10) = 1. Briggs lalu membuat tabel
logaritma dengan menggunakan syarat yang ia buat tadi. Sehingga ia dapatkan
log(101/2) = log(3,1622277) = 0,500000. Briggs lalu mempublikasi
tabel logaritma dari 1 hingga 1000 dalam Logarithmorum chilias prima (tahun
1617).
Tahun 1624, ia
mempublikasikan lagi tabel dengan bilangan hingga 100.000 dalam Arithmetica logarithmica.
Keduanya hingga ketelitian 14 desimal, tetapi tabel pertama mengandung beberapa
entri yang tidak tepat. Dari buku tabel kedua itulah, mulai digunakan istilah
“mantissa” dan “characteristic”.
5 komentar:
terimakasih sangat membantu saya :-)
terima kasih murid saya akhirnya tahu
Salah logaritma itu di temukan oleh Al khawarizmi nama aslinya al-gorism beliau meninggal thn 800-an Masehi
tau dari mana?
Maaf, kalau tidak salah Al-Khawarizmi menemukan Algoritma, bukan Logaritma
Posting Komentar